Jakarta – Dinamika politik jelang pelaksanaan Pilkada serentak 2024 masih cukup hangat dimana hal tersebut tidak lepas dari manuver politik yang dilakukan oleh kelompok kepentingan baik partai politik maupun figur / tokoh yang memiliki potensi untuk diusung sebagai calon Kepala Daerah, dimana secara garis peta politik yang ada masih tetap mengacu pada peta nasional yang menyiratkan pertarungan dua kubu yakni Koalisi Indonesia Maju (KIM) Plus dengan kubu PDI Perjuangan dan afiliasinya. Kondisi tersebut kemudian diikuti dengan munculnya perang opini serta isu negatif yang tidak jarang bahkan diarahkan pada pemerintahan Presiden Jokowi.
Khusus untuk Pilkada Jakarta, kekhawatiran untuk munculnya isu politik identitas sebagaimana terjadi dalam Pilkada sebelumnya sedikit pudar dengan perkembangan situasi saat ini yang tidak mendukung untuk munculnya isu tersebut, meskipun pada prosesnya tetap masih ada upaya – upaya yang dilakukan oleh kelompok yang identik dengan merk agama untuk kembali mendorong isu politik identitas namun responnya tidak signifikan di masyarakat sehingga hilang dengan sendirinya.
Hal tersebut mendapat apresiasi dari berbagai pihak termasuk mantan aktivis NII yang saat ini aktif di Ormas Pengacara Jawara Bela Umat (Pejabat) Taufik Hidayat, pihaknya bersyukur bahwa isu politik identitas sudah tidak laku.
“Mengingat efek daya rusak isu tersebut sangat luar biasa khususnya untuk memecah belah umat Islam, sehingga penggunaan politik identitas jelas berdampak negatif terhadap citra agama Islam, bukan agama lainnya.” ujarnya.
Oleh karenanya ia sangat mendukung situasi politik saat ini yang cenderung lebih sejuk dibanding Pilkada sebelumnya. Pihaknya berharap agar tidak ada lagi pihak yang memanfaatkan isu agama untuk kepentingan politik.
“Hal tersebut harus bisa menjadi komitmen dari semua pihak yang saat ini tengah bertarung dalam kontestasi Pilkada utamanya Pilkada Jakarta.” pungkasnya.
